Iqamat sudah dikumandangkan. Seorang yang baru saja mengakhiri salat sunat, menoleh ke pintu. Imam, yang dinanti-nanti, belum juga datang.
Muadzin yang masih memegang microphone, membalikkan badan. Memandang ke arah pintu. Kemudian, susul menyusul, semua mata menengok ke pintu. Harapan mereka sama: melihat imam di pintu menenteng sandal, kemudian menyimpan sandalnya di balik daun pintu.
Detik, menit berlalu. Seharusnya imam sudah sampai. Rumahnya hanya beberapa rumah dari masjid. Tapi sampai usai fatiha dibaca di masjid tetangga, ia belum juga datang.
Orang-orang mulai gelisah. Dua orang yang saling mengenal baik beradu tatap sambil senyam-senyum.
Di tengah suasana yang kaku di mana horor mulai menjangkit, semua orang bergerak ke depan dengan kecepatan langkah berbeda-beda. Yang selalu memilih posisi di belakang imam, malam itu, berjalan menjauh lebih ke kiri, menghadap jendela. Di sisi kirinya, berdiri beberapa orang lagi, empat sampai lima.
Di shaf paling depan, di belakang posisi imam, Muadzin terlihat mengulurkan kedua tangannya ke arah tempat berdiri imam, isyarat menyilakan orang di sampingnya. Yang ditawari menolak, lalu mengalihkan pandangan ke kanan, ke kiri. Tawarannya ditampik, muadzin begerak mundur dan menyilakan seorang lagi. Yang disilakan menampik, kemudian menoleh ke pintu. Orang kedua yang mendapat tawaran itu masih merawat harapan bahwa imam akan muncul di pintu di saat-saat paling menegangkan dan menuntaskan drama horor isya malam itu.
Tidak menyerah, muadzin mendatangi seorang lagi. Tapi penolakan juga yang diterima.
Sementara itu, jamaah yang lain, menjalankan siasat masing-masing. Ada yang fokus menatap jam digital dan memperhatikan tulisan yang berjalan di sampingnya. Ada yang menghampiri jendela lalu meludah berkali-kali.
Jamaah tak berpeci, berbaju kaos, dan yang bercelana jins terlihat santai-santai saja. Merasa aman. Tidak mungkin dilirik.
Salah seorang dari jamaah berbaju kaos berbisik kepada dirinya sendiri : seandainya salat dhuhur, bolehlah.
Seseorang kemudian bersedia menjadi imam. Usianya sudah sepuh. Setelah fatiha, ia memilih surah paling pendek.
0 Komentar