Header

Header

NGGAK USAH MAKSA!

Dik, bagaimana pendapatmu tentang ini? 

Apa itu, kak?


"Yang namanya acara orang kafir diarab-arabkan, nggak akan jadi budaya Islam. Nggak usah maksa!"

Ndak ada yang salah. Memang kenapa, kak?

Saya dari tadi dibuat bingung, dik. 

Sudah jelas begitu kamu masih saja bingung, kak!? Alamak!!

Jelas apanya, dik?

Ya, jelaslah, kak. Baca sekali lagi, pasti kakak sudah bisa mencernanya dengan baik.

Sudah, dik.

Berarti, memang bahlul ente, kak.

Begini, dik. Menurutku, pernyataan tersebut hendak menegaskan bahwa sebagai entitas dengan kekhasan tertentu, Arab berbeda dengan Islam. Meskipun tidak bisa ditolak bahwa faktanya Islam memang diturunkan di Arab. 

Terus masalahnya di mana, kak?

Begini, tatkala kita, misalnya, menempelkan dan melekatkan pada diri kita sesuatu yang merupakan kekhasan milik Arab, sebagai orang Indonesia, kita tidak akan menjadi Arab. Tidak akan pernah, sampai kapan pun, dik. 

Memang susah, kak. Mungkin ini semua gara-gara hidung. 

Namanya kita sedang mengarab-arabkan diri, dik, paling jauh, hasil yang bisa kita raih dari 'operasi non-plastik' itu adalah mirip Arab. 

Contohnya?

Akhi-ukhti, qadarullah, syafakillah, syukran, afwan, dlsb. 

Ada apa dengan istilah-istilah itu?

Semua itu kan bahasa Arab, dik. Dan orang-orang yang sedang menapaki jalan hijrah sangat akrab dengan istilah-istilah tersebut. Jadi, menurutku, selama ini banyak orang yang salah paham. 

Maksudnya salah paham, kak? 

Dengan mengakrabkan dan memfasihkan diri menggunakan istilah-istilah tersebut, mereka sebenarnya sedang mengarab-arabkan diri. Bukan hendak mendaku diri sebagai paling Islam atau lebih relijius sebagaimana anggapan banyak orang selama ini. Saya tidak asal ngomong ya, dik. Ini berdasarkan pernyataan mereka sendiri. 

Pernyataan yang mana?

Yang tadi itu, dik. "yang namanya acara orang kafir diarab-arabkan, nggak akan jadi budaya Islam. Nggak usah maksa!". 
Jadi, karena mereka sedang mengarab-arabkan diri, maka jika ada dari mereka yang kemudian mendaku diri paling Islam, paling nyunnah lalu telunjuknya enteng saja menuding saudaranya sesama muslim sebagai kurang Islam dan aneka predikat negatif yang lain karena kearab-arabannya itu, bagi saya itu maksa, dik. Maksa banget. 

Itu kan menurutmu, kak. Padahal, mereka ingin menegaskan makna yang berbeda.

Apa itu, dik?

Islam adalah Arab, Arab adalah Islam. Karena itu, "....nggak akan jadi budaya Islam" menjadi penegasan menutup pernyataan itu. Karena kata "diarab-arabkan" mestinya diikuti oleh kalimat "nggak akan jadi budaya arab". Tapi kan dalam pernyataan itu tidak seperti itu, malah menyebut Islam. Kok tiba-tiba ada Islam? Nah, itu artinya, kalau kita menyebut Arab, berarti kita sebenarnya menyebut Islam dengan sebutan yang berbeda. Sama saja. 

Itu kan menurutmu, dik. 😁

Posting Komentar

0 Komentar