Header

Header

PUJIAN

Pujian pada dasarnya baik, sejauh pujian itu wajar dan proporsional. Pujian yang berlebihan itu membinasakan. Rasulullah saw  sendiri mengecam, mengatai celaka kepada orang yang suka berlebihan memuji.

Ada orang yang gila pujian, sehingga senang sekali bercerita tentang kehebatannya agar orang yang mendengar memberi pujian kepadanya. Orang seperti ini biasanya menjadi sangat mudah dipreteli ketika dipuji berlebihan, bahkan ketika pujian baru seupil. Ada pula yang sedikit susah dan dibutuhkan jurus jitu serta lusinan pujian, namun pada akhirnya merogoh kocek juga atau memberikan sesuatu yang diniatkan si jagal (pemuji berlebihan). Gila pujian tapi kikir, itu kebangetan.

Ada ungkapan orang Pambusuang ketika menerima pujian yang tidak sepantasnya, begini :"Uissangi mua' mukocia', tapi manyamangi usa'ding" (Saya tahu Anda berlebihan memujiku, tapi yah bagaimana lagi, saya juga merasa nyaman karenanya). Terjemah bebasnya kira-kira begitu, dan harapan saya, terjemah bebas itu tidak berlebihan.

Ungkapan tersebut bukan sekadar lucu-lucuan, namun juga merupakan cara melabrak yang cerdas serta arif bijaksana orang yang gemar berlebih-lebihan dalam memuji. Bagaimanapun, pujian pasti membuat setiap orang senang. Ungkapan orang pambusuang di atas adalah upaya menyiasati perasaannya yang kacau balau karena pujian yang menyasarnya telah mengamuk-amuknya sedemikan dahsyat. Ungkapan itu juga sekaligus merupakan cara menjaga perasaan si pemuji berlebihan agar tidak merasa malu.

Orang yang gemar memuji berlebihan ketika dilabrak dengan kalimat, misalnya : "ingga'mu todzi meita nana'eke. Andana' tu' koci-kocianga" (cara kamu memuji itu seolah-olah memperlakukan saya seperti anak kecil. Asal kamu tahu, saya bukan orang yang gila pujian". Dengan kalimat seperti itu, bukan saja membuat si pemuji menjadi malu, namun juga bisa membuatnya kehilangan mata pencaharian.

Wallahu 'alam.

Posting Komentar

0 Komentar