Poto : Nakita.ID - Grid.ID |
Di belahan bumi yang lain, nun jauh di sana, di salah satu
desa di Mauritania, gemuk bukanlah suatu hal yang mesti dikeluhkan, diatasi
apalagi dikutuk. Karenanya, tidak ada aktifitas
pengkurusan atau diet-dietan di sana. Menjadi gemuk merupakan sesuatu yang harus
terpenuhi. Bukan hanya karena gemuk melambangkan status sosial, tetapi juga
karena gemuk itu cantik dan seksi.
Hal yang menjadi kekhawatiran para ibu di sana adalah jangan
sampai anak perempuannya tumbuh dengan tubuh yang langsing, terlebih lagi
kurus. Langsing dan kurus bagi anak perempuan adalah dosa dan kesalahan dan akan
diganjar dengan hukuman yang mengeneskan ; menjomblo sepanjang hayat.
Karena itu, para ibu akan mendorong bahkan memaksakan anak
perempuannya untuk terus makan daging dan meminum susu sebanyak-banyaknya. Jika
anaknya menolak, maka kakinya akan dijepit sekeras mungkin sambil meminumkan
susu kepada anaknya. Ibunya tidak mau peduli walau anaknya menangis dan
muntah-muntah karena perutnya tak lagi mampu menampung makanan.
Sang anak harus cantik dan seksi. NKRI, ups.. gemuk adalah
harga mati! Tentang penyakit yang mengintai di balik timbunan lemak dalam
tubuh, hal tersebut bukanlah perkara yang terlalu penting.
Jauh sebelumnya,
gemuk pada suatu waktu memang merupakan lambang kecantikan, hingga tiba masanya
kegemukan digeser kekurusan. Maka berlomba-lombalah sebagian orang (wanita) mengurangi
asupan makanan dengan beragam cara dan metode. Bagi mereka yang religius dan
berharap sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui, maka mereka akan memilih berpuasa,
insya Allah kurusnya dapat, pahalanya dapat. La'allakum kuruusyan.
0 Komentar