Header

Header

A KEN, CINA DAN KRISTEN

"Allahumma Shalli 'Alaa Muhammad Wa Aali Muhammad"
“Dulu, kakak saya mendorongku saat kami bermain. Ia, tentu saja, tidak sengaja hendak mencelakai saya, tapi karena dorongannya terlalu keras dan tenaga saya tidak cukup kuat membendungnya akhirnya saya terjatuh dan terbentur ke meja , dua kali. Saya masih beruntung benturan itu tidak membuat saya buta”.

Dulu, dulu sekali, cerita itu selalu menjadi alasan ketika saya dan teman-teman yang lain mempertanyakan tanda salib di ujung mata kirinya.
Namanya Samsir. Panggilan sehari-harinya A Ken, tapi kami memanggilnya Akeng (maklum, orang sulawesi. mengira bahwa hurup N (eng) sudah sejak azali ditakdirkang untuk hidup bersama hurup G di akhir cerita). Itu nama cinanya. Ibunya berasal dari suku Mandar, tulen tanpa campuran bahan kimia atau bahan peledak. ayahnya Cina. Seperti apa bapaknya, saya tidak pernah tahu. Namun, hampir bisa dipastikan matanya tak berkelopak. 

Kalau tidak keliru A Ken lahir di Ambon, kemudian keluarganya memboyongnya pulang ke Sulawesi, tanah lahir mendiang ibunya. Di Sulawesi, masa kanak-kanaknya ia habiskan bersama kakek-neneknya di kampung. A Ken mengaji bersama kami, shalat dan puasa juga kami jalani bersama. Kami bersahabat. Namun, tanda salib di dekat mata kirinya seolah memiliki kekuatan magis yang selalu memanggil-manggil untuk memperolok-oloknya.

Kami tidak membencinya, bahkan karena ia cina. Sepertinya kami hanya butuh jawaban darinya yang sesuai dengan jawaban yang ada di kepala kami atas keberadaan lambang salib di dekat matanya agar kami puas dan tidak akan mempertanyakan lagi setelah itu. Namun, selain konsisten, A Ken juga orangnya  selalu sabar menjawab dengan bercerita penuh ekspresif setiap saat ditanyakan hal itu kepadanya.

A Ken mau Cina kek, Arab, India, Jawa, Bugis, Madura, tidak masalah, yang penting dia muslim. Jangan jadi Kristen. Bahkan seandainya A Ken Hindu, Budha, Sinto, Zoroaster atau agama apapun juga tidak masalah. Intinya, jangan Kristen. Saya tidak tahu, mungkin juga teman-teman yang lain, mengapa Kristen sedemikian tidak sukai. Dendam perang salib? Ah, kami saat itu tidak pernah tahu apa itu perang salib. Atau tentang gencarnya kristenisasi di kampung-kampung muslim yang ada di pelosok, informasi itu juga tidak pernah dibincangkan oleh orang-orang di kampung kami. Betapa menjadi seorang Kristen adalah kesia-siaan yang nyata, barangkali itu saja yang kami tahu. Menjadi Kristen adalah menjalani kehidupan yang sama sekali tidak ada nilai baiknya. Amal baik tidak diterima dan amal buruk dianggap pembangkangan, masuk neraka. Kalau dipikir-pikir, itu sangat jauh dari rasa keadilan. Kalau amal baiknya lebih banyak daripada amal buruknya lalu di pengadilan akhirat yang bersangkutan diputuskan masuk ke dalam siksa, itu jelas bukan diadili namanya, tapi ditidakadili. Kalau amal baiknya tidak diterima, amal buruknya juga tidak perlu dihitung. Biarkan saja. Di akhirat ikut mu’tazilah saja, manzilah bainal manzilatain.

Saya ingat salah seorang teman kami pernah saat adu mulut mengatai A Ken Kristen. Padahal A Ken muslim sama seperti dirinya. Teman itu juga tahu persis A Ken mengaji, shalat, masuk tim pembaca shalawat saat bulan Ramadhan dan banyak lagi. Tapi, kenapa mengatai A Ken Kristen? Karena lambang salib itu. Dan mungkin karena kata Kristen diyakini setara dengan kata-kata makian yang tak pantas diucapkan.

Salib adalah lambang Kristen dan tidak boleh diberikan ruang seincipun dalam kehidupan seorang muslim, apalagi bocah-bocah. Karena itu tiang jemuran harus diwaspadai, rentangkan tangan ke samping harus dicurigai sebagai bentuk kristenisasi jemuran dan penginjilan di ranah senam kesegaran jasmani. Solusinya baju harus kering di badan nasi basi pun dimakan biar mendapatkan empati.

A Ken juga sering ditantang duel oleh tetangga jauh yang satu sekolah dengannya, A Ken selalu menang atau paling tidak seri. Untuk yang satu ini tentu saja bukan karena A Ken Kristen, tapi karena A Ken cina dan seni bela diri Kung Fu, saya yakin, masih mengalir di dalam dirinya. 

Saya suka senyum mengingat kisah ini. Betapa waktu masih anak-anak kami sangat lucu, tidak mau menerima kenyataan bahwa selain Islam ada Kristen. Seorang Kristen bisa baik, bisa buruk dan jahat. Menganggap menjadi Kristen adalah kesia-siaan, penyembah patung dan lain-lain jelas merupakan anggapan yang keliru. Agama Kristen mengajarkan cinta kasih Yesus/Isa as. Sama juga seperti Islam yang disampaikan Muhammad Saw yang mengajarkan kasih sayang dan akhlak yang luhur.

Ù„َتَجِدَÙ†َّ Ø£َØ´َدَّ النَّاسِ عَدَاوَØ©ً Ù„ِÙ„َّØ°ِينَ آمَÙ†ُوا الْÙŠَÙ‡ُودَ ÙˆَالَّØ°ِينَ Ø£َØ´ْرَÙƒُوا ۖ ÙˆَÙ„َتَجِدَÙ†َّ Ø£َÙ‚ْرَبَÙ‡ُÙ…ْ Ù…َÙˆَدَّØ©ً Ù„ِÙ„َّØ°ِينَ آمَÙ†ُوا الَّØ°ِينَ Ù‚َالُوا Ø¥ِÙ†َّا Ù†َصَارَÙ‰ٰ ۚ Ø°َٰÙ„ِÙƒَ بِØ£َÙ†َّ Ù…ِÙ†ْÙ‡ُÙ…ْ Ù‚ِسِّيسِينَ ÙˆَرُÙ‡ْبَانًا ÙˆَØ£َÙ†َّÙ‡ُÙ…ْ Ù„َا ÙŠَسْتَÙƒْبِرُونَ

"Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani". Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menymbongkan diri". (Al-Maidah : 82)

Posting Komentar

0 Komentar