Header

Header

JEMBATAN KONFLIK

“Gesekan kedua kelompok semakin mengkhawatirkan, pak. Kemarin, di pasar ikan, seorang pemuda kelompok seberang dikeroyok. Hampir mati. Untung petugas pasar segera mengamankan korban”, ajudan pribadinya memberikan informasi yang diterima dari salah seorang warga melalui pesan singkat. Oleh ajudannya, informasi itu diyakini valid.

Bupati Berotak Beton - demikian warga menggelari bupati mereka yang berpenampilan eksentrik - sedang duduk santai bersama isterinya di halaman belakang rumah sambil menikmati suasana pagi minggu yang cemerlang. Ia tampak merenungkan baik-baik informasi ajudannya. Sebagai seorang pemimpin, ia sadar betul bahwa ia tidak boleh bertindak gegabah. Informasi yang sampai kepadanya tidak boleh ditelan mentah begitu saja. Ia harus ekstra hati-hati. Jaman sekarang berita valid dan kabar bohong semakin susah dibedakan. Bahkan orang yang seharusnya menjadi benteng kokoh dalam membendung kabar bohong juga ikut-ikutan menyebarluaskan.

“Camat, kepala desa dan beberapa aparat desa sudah melakukan pertemuan dengan beberapa orang perwakilan dari kedua kelompok yang bertikai seminggu lalu. Tapi, sejauh ini, belum ada kesepakatan damai di antara mereka”, lanjut si ajudan.

“Jadi, apa langkah selajutnya yang akan mereka tempuh?”, ia bertanya serius. Dari gesturnya, ia sudah percaya penuh pada informasi yang disampaikan ajudan pribadinya.

“Mereka sangat mengharapkan bapak untuk segera turun tangan menjembatani kedua pihak agar bisa mengakhiri pertikaian, pak. Sore nanti, mereka berencana datang ke sini, di rumah bapak, untuk membicarakan penyelesaian masalah ini”, jelas ajudannya.

***

Setelah terlibat perbincangan serius dengan camat, kepala desa dan sejumlah aparat desa, Bupati Berotak Beton menyatakan bersedia menjembatani kedua kelompok yang bertikai itu. Segera ia menelpon dan memerintahkan bendaharanya agar segera menyuruh orang mengecek harga bahan bangunan yang dibutuhkan. “Ini penting, demi keamanan”, perintahnya singkat, padat dan tegas di ujung telepon.

“Untuk apa semua bahan bangunan itu, pak?”, camat bertanya. Aparat desa saling beradu pandang. Mereka benar-benar tidak memahami strategi apa yang hendak dijalankan pak Bupati untuk mendamaikan dua kelompok yang dipisahkan oleh sungai kecil itu.

“Siapkan sebanyak mungkin orang-orangmu. Insya Allah, lusa, kita sudah bisa memulai pekerjaan. Semoga dalam dua minggu ke depan jembatan sudah bisa dipungsikan. Nanti, kita akan undang Gubernur untuk acara peresmian”, katanya optimis.

"Tapi, pak?", camat dan kepala desa menyela.

"Ini penting. Demi keamanan!", ia mengulangi kalimat yang disampaikan kepada bendaharanya.

Pertemuan selesai, kekhawatiran camat dan kepala desa semakin menjadi-jadi.
sumber : cnn indonesia

Posting Komentar

0 Komentar