Header

Header

NGIDAM

Sumber gambar : https://devyranggaahdiat.files.wordpress.com/2011/01/ngidam1.jpg


Orang dewasa tentu pernah mendengar istilah tersebut dan sedikit banyak tahu tentang keadaan "penderitanya' serta ragam derita yang dialami. Meskipun, tentu saja, tidak semua orang dewasa pernah mengalami. Termasuk saya.

Ngidam bagi perempuan, kalau mau jujur, memang cukup merepotkan. Bukan hanya bagi penderita, namun juga bagi pasangannya.

Ada cukup banyak kisah tentang ngidam yang sering didengar. Sebagian dari cerita tersebut ada yang membuat kita jatuh iba, namun juga ada cerita ngidam yang mungkin tidak masuk akal yang membuat ujung bibir tertarik dan kadang tanpa perlu merasa terbebani untuk kemudian membiarkan mulut terbuka menganga berhaha hihi.

Perempuan yang merasa hidupnya akan segera berakhir seketika saat melihat cahaya matahari, hingga waktunya banyak dihabiskan mendekam di kamar. Tidak cukup hanya dengan mengisolasi diri dalam kamar, ia masih harus memasang kelambu, Ada. Ada yang ngidam dengan level seakut itu. Mendadak tidak sanggup membendung arus kebencian terhadap suaminya dan harus berujung perceraian. Ngidam dengan tingkatan seperti itu, 'dituntaskan' oleh ketukan palu hakim pengadilan agama. Ada pula yang ngidam ingin ngelus kepala plontos. Silakan kalau mau tertawa. Memang agak gokil sih. Dan yang dialami kebanyakan penderita adalah hasrat mengkonsumsi makanan tertentu. Kadang makanan yang diminta, misalnya buah, sedang tidak musim dan, tentu saja, sangat susah mendapatkannya. Pada titik inilah si suami harus lebih banyak bergembira karena sebentar lagi akan menjadi ayah. 

Bagaimana ngidam bisa terjadi? Apa penyebabnya? Ada beberapa teori ilmiah mencoba menjelaskan perihal ngidam ini. 

"Semua makhluk hidup kan dirancang memiliki daya tahan tubuh. Jadi, semua benda asing akan ditolak dari tubuh. Nah, tapi karena kuasa Tuhan ketika ada janin di dalam tubuh ibu, janin itu nggak dikeluarkan. Akhirnya terjadi yang namanya morning sickness. Ketika mual, otomatis muntah dan bunda kekurangan nutrisi. Penurunan nutrisi inilah yang menyebabkan bunda ngidam", demikian menurut penjelasan dr. Damar. (gugling)

Ada juga teori yang mengatakan bahwa hal tersebut terjadi akibat perubahan hormonal dalam tubuh ibu hamil, yang membuat indera penciuman dan perasa menjadi lebih sensitif. Serta teori yang menyatakan bahwa keinginan mengonsumsi sesuatu timbul akibat tubuh ibu hamil mengalami kekurangan nutrisi tertentu. 

Namun, bagaimana menghubungkan teori dan penjelasan tersebut dengan hasrat ibu hamil yang ngidamnya aneh dan gokil, semisal mengelus kepala nir-rambut yang licin? Saya rasa itu bukan urusan kita, saudara-saudara. Serahkan pada ahlinya. 

Berbeda dengan pandangan dan penjelasan ilmiah para ahli, bagi sebagian orang dari kelompok yang levelnya, boleh jadi, kurang keren, alias mereka yang berada di lingkaran non ilmiah, memliki pandangan yang sama sekali berbeda. Menurut mereka, ketika seorang ibu hamil mengalami yang namanya ngidam, hal tersebut semata-mata diakibatkan adanya syarat yang terabaikan, tidak terpenuhi pada saat proses dihamburkannya benih berlangsung. Apa itu? Doa. Saat-saat itu, saat dihamburkannya benih, memang merupakan detik-detik yang sangat krusial. Butuh kesadaran tingkat tinggi. Di detik itu, sangat dianjurkan merawat kewaspadaan agar tidak diperdaya enak dan nikmat. Kelalaian di injury time sangat berpotensi mengakibatkan derita di hari-hari selanjutnya.

Lalu, siapa aktor utamanya? Laki-laki alias suami.

Laki-laki adalah langit. Ia yang menabur benih. Perempuan yang menampung. Ia adalah bumi. Kehebatan langit dalam menabur benih tolok ukurnya adalah sejauh mana tumbuh kembangnya benih tidak membuat bumi terpapar sakit dan menderita karenanya.  

Merapal dan melejitkan doa ke langit saat enak bukanlah perkara mudah. Barangkali, karena itu bukan budaya sebagian laki-laki yang memerankan langit. Yang membudaya adalah lupa segalanya di saat enak, dan tetap mau enak-enakan saat diberi anak. 

"Anakmu sudah nyaris selusin, isterimu belum pernah sekalipun mengalami derita ngidam. Kok bisa?"

"Atas isin Allah. Masak bikinnya enak, pas jadi, ndak enak. Mestinya enak juga dong! Jadi, seharusnya dari enak menjadi enak. Pokoknya enak teruslah dari masa menabur sampai saat menuai tiba. Biar sama-sama enak. Masak laki-laki maunya enak sendiri, sementara isterinya dibiarkan menderita. Kan ndak adil. Ndak sayang isteri itu namanya. Intinya, ketika seorang isteri menderita ngidam ketika hamil, maka satu-satunya tertuduh adalah suaminya. Bukan sebagai yang menghamilinya saja, tapi tertuduh sebagai suami kurang telaten"

Ilmiah ndak? Memangnya segala hal harus ilmiah dulu baru boleh dipercaya dan diterima?

Maaf, dik.  Yang keempat ini tidak senyaman dan tak seenak sebelum-sebelumnya. 😣😔

Posting Komentar

0 Komentar