Dik, Tuhan itu, eh jodoh itu di tangan Tuhan. Tapi bukan berupa paketan. Karena itu jodoh setiap orang itu tidak pernah datang bersama pak pos, jne, j&t. Jodoh mesti dijemput. Harus ada usaha untuk itu. Dan, jangan berpikir Tuhan itu gaptek alias gagap teknologi. Tuhan selalu uptodate. Setiap aplikasi terbaru berada dalam pengetahuanNya. Kamu ingat dimana pertama kali kita bertemu, dik?
Di medsos, kak. wkwkwk
Lebih spesifik lagi, dik.
Di facebook.
Lebih spesifik lagi
Hahahaha. di kolom komentar salah satu thread starter teman bersama kita. Ih, kenapa sih, kak? Perasaan kayak gimana gitu kalau mengenangnya kembali.
Perhatikan, dik, Tuhan mempertemukan kita di sebuah pelosok di rimba raya medsos. Di facebook, di TS teman, dan titik pertemuan kita ada di kolom komentar. Wow!
Tidak perlu malu karena perjumpaan kita tidak biasa dan membuat orang lain geleng-geleng kepala. Itu sama sekali bukan pertanda bahwa tak mampu menemukan jodoh di dunia nyata, atau bahasa kasarnya kurang laku di alam realitas. Lagi pula kenapa mesti malu, dik, kita memang bukan orang yang istimewa, bahkan tidak lebih baik dari orang lain. Jalan perjumpaan kita semua sudah didesain sedemikian rupa oleh Tuhan. Jalannya mesti begitu. Untuk semua itu Tuhan memberi aneka kemampuan sebagai prasyarat. Satu saja dari sekian kemampuan itu tidak dimaksimalkan atau diabaikan, maka kita tidak akan pernah bertemu selamanya karena pertemuan kita mensyaratkan memiliki hp, kuota internet, membuat akun facebook, dst. Apa jadinya jika kau tak mau beli hape karena alasan tertentu. Atau kau punya hape tapi tidak mendaftar facebook, begitu seterusnya. Jika kau sudi dan kuat, bayangkanlah.
Saya pake facebook gratisan, kak. Kadang juga numpang wifi teman.
Nah, itu lebih dari sekedar memanfaatkan kemampuan. Itu adalah kegigihan tertinggi dan setara dengan perjuangan berdarah-darah. Kau lebih pejuang dari pejuang, dik. Kau ahlinya ahli. Wajarlah kemudian jika Tuhan mengganjar kegigihanmu dengan sebaik-baik ganjaran.
(Si adik muntah-muntah mendengar penjelasan si kakak)
Masa sih kamu ngidam lagi, dik.
0 Komentar