Header

Header

WANDU : WANITA DURHAKA

Wandu, demikian gelar yang kerap dialamatkan rekan-rekan saya kepada sosok banci. Banci yang banyak menghuni kedai kecantikan dan kegantengan. Saat pertama kali mendengar kata/istilah tersebut, saya tertawa. Dan menurut rekan-rekan saya, gelar tersebut asalnya dari para banci sendiri. Mereka sendiri yang menyebut diri mereka sebagai wandu. Wandu adalah akronim dari wanita durhaka.

Sepertinya gelar itu bermasalah. Benarkah mereka adalah sosok yang durhaka pada wanita atau telah berkhianat pada kodrat kewanitaan?

Secara fakta mereka adalah laki-laki, bukan wanita. Laki-laki yang mencoba murtad, setengah-setengah ataupun totalitas. Mereka mencampakkan identitas kelaki-lakian mereka sembari di saat yang sama berupaya sekeras mungkin menyerap segala sifat dan ciri yang melekat pada wanita. Mulai dari potongan rambut, model alis, gaya dan warna suara, pakaian sampai lenggak lenggok yang digemulai-gemulaikan, lembut serta sentuhan yang semuanya diperempuankan.

Identitas laki-laki yang melekat pada dirinya, boleh jadi, adalah noktah, noda yang wajib dibuang jauh-jauh. Namun, ibarat tanda tangan, sebagus dan semirip apapun jika ia adalah hasil tiruan tetaplah bukan tanda tangan asli, meskipun tiruan itu lebih indah dan lebih bagus dari aslinya.

Mereka tidak pernah mendurhakai perempuan. Bahkan kepada perempuan mereka adalah pecinta sejati. Sedemikian cintanya kepada perempuan, maka mereka akan habis-habisan, mati-matian untuk menjadi perempuan. Walaupun harus berhadapan dengan kerasnya cibiran, segala cara akan ditempuh demi cintanya. Bukankah pecinta sejati adalah mereka yang menyerap sifat-sifat kekasihnya? Namun, kalaupun mereka memang harus durhaka, maka Laki-laki Durhaka lah yang lebih tepat. Karena jeruk tidak boleh makan jeruk.

Perayaan identitas kewanitaan di kalangan jenis makhluk Tuhan yang satu ini pun di helat dalam beragam event mulai dari skala kecil sampai besar. Muncullah kemudian kontes kecantikan para wandu, salah satunya.

Saya pernah satu mobil dengan seorang cantik. Postur tubuhnya tinggi, hitam manis, rambutnya ikal dan, tentu saja, tubuhnya wangi. Ia duduk di depan, di samping sopir. Saya tahu namanya dari perbincangannya dengan sopir sepanjang perjalanan dari makassar menuju polewali mandar. Ira namanya. Tentu saja itu bukan nama sebenarnya. Ira turun lebih dahulu dari saya. Ia turun sebelum memasuki ibu kota polewali mandar, masih polewali mamasa waktu itu. Setelah ira turun, sopir bercerita bahwa ira bukanlah perempuan, tapi seorang banci. Ia banyak menjuarai kontes kecantikan. Dari kesuksesannya itu, Ira menghajikan orang tuanya. Dari pak sopir saya tahu bahwa laki-laki yang mengantarnya ke terminal tadi adalah suaminya. Dan dari pak sopir pula saya tahu bahwa Ira adalah i Rais yang didandani.

Posting Komentar

0 Komentar