"Allahumma Shalli "Alaa Muhammad Wa Aali Muhammad"
Dengan bahasa yang kasar disertai argumentum ad hominem, dicegatnya orang/kelompok lain yang dituding hendak menjadi Tuhan. Tudingan didasarkan pada metode dalam mendekati kitab suci yang tekstual dan cenderung mengesampingkan konteks dan dan menganggap hanya pendapatnya dan kelompoknya yang paling benar. Suatu metode pendekatan yang rigid. Karena jika pendapatnya diselisihi, yang menyelisihi menjadi auto kafir, melenceng jauh dari maksud Tuhan.
Lebih dari sekadar
memperkenalkan dan menawarkan pendekatan yang lebih damai dan toleran, kelompok
penuding, sebagian dari mereka, juga cenderung melakukan pemaksaan kebenaran menurut versi kelompoknya. Jadi, kesannya,
sedang berusaha menumbangkan hegemoni kelompok yang merasa diri paling benar.
Namun, entah sadar atau tidak sadar, juga sekaligus hendak merebut hegemoni
tersebut untuk kemudian dijadikan hegemoni di tangannya.
Entah karena kebencian
atau sebab lain, mereka yang menyelisihi pendapatnya kerap menjadi auto
intoleran dan takfiri. Persis seperti yang dilakukan kelompok yang ditudingnya. Generalisasi kerap diberlakukan kepada kelompok di luar
kelompoknya. Fundamentalisme selalu terobsesi untuk melakukan pemaksaan kepada orang lain agar mengikuti kelompoknya.
Namun demikian, sebagian orang dari kelompok "fundamentalis toleran" tersebut telah mendemonstrasikan bagaimana berlaku adil dengan sangat baik. Tudingannya secara bergantian di arahkan kepada orang yang menyelisihinya dan ke batang hidung mereka sendiri.
Apakah mereka berfikir bahwa "Menjadi Tuhan" adalah lahan
sengketa tanpa risiko, siapapun pemenangnya?
0 Komentar