Header

Header

TANGGA JALAN


Foto diambil dari : Hijaz.id

Untuk tahu, segala sesuatu harus dipelajari. Sebelum bisa berlari, semua orang belajar membalikkan badan dari posisi telentang. Awal-awal bisa tengkurap, karena belum bisa tegakkan kepala, wajah kerap kali menghantam kasur. Demikian seterusnya. Merayap, duduk, merangkak, berdiri, berjalan, semua melalui proses belajar. Tidak seorang pun yang bisa langsung berlari.

Kehadiran sesuatu yang sama sekali baru, kadang menghadirkan pemandangan yang tidak biasa. Handphone, misalnya, ada banyak kisah yang bisa menarik kedua ujung bibir menyertai kehadirannya di desa-desa. Saya, misalnya, pernah melewatkan beberapa kali panggilan ketika handphone sepupu saya berdering. Saya sudah menekan beberapa tombol namun tidak bisa tersambung, hingga dering itu berhenti sendiri.

Kesalahan lahir dari ketidaktahuan. Ingin tahu hal-hal baru tidaklah bebas risiko. Belajar naik sepeda berisiko berdarah-darah, terjungkal, nabrak pagar, dst. Menghindari risiko boleh jadi berarti merawat ketidaktahuan.

Di Mamuju, kini hadir tangga jalan. Eskalator. Karena baru, orang yang baru pertama kali melihat pasti ingin tahu. Ingin tahu bagaimana rasanya berada di atasnya, ingin tahu bagaimana menginjakkan kaki agar tidak terjatuh. Tidak mudah. Setiap orang tentu mendapatkan hasil yang tidak sama. Belum lagi namanya yang rada mirip mobil bertenaga diesel. Pendengaran yang tergesa-gesa bisa saja mempopulerkannya sebagai eksavator.

Rentetan kejadian yang disuguhkan oleh mereka yang ingin tahu dan berbuah kesalahan, bagi orang yang sudah tahu bisa saja memilih : menertawakannya, menjadikannya sebagai hiburan atau memberi masukan dan berbagi pengetahuan.

Menertawakan kesalahan seseorang yang berusaha tahu dan menjadikannya hiburan jelas merupakan pilihan orang yang sama sekali tidak memiliki selera humor yang baik. :D

Posting Komentar

0 Komentar