"Allahumma shalli 'alaa Muhammad wa aali Muhammad"
Seorang kawan yang baik acapkali memberi saran dan masukan kepada kawannya yang sudah masuk kategori mampu. "Menikahlah agar ada yang mengurusmu", "segeralah menikah agar ada yang memasakkan, mencucikan dan menyetrika pakaianmu" dan beberapa saran dan masukan senada. Ini merupakan ciri khas budaya masyarakat patriarki.
Saran dan masukannya jelas sesuatu yang baik, segera menikah. Namun, agresifitas memberi saran dengan alasan-alasan yang demikian itu, sadar atau tidak sadar, di saat yang sama sedang berusaha melanggengkan untuk menempatkan kaum perempuan pada posisi subordinasi pihak kaum laki-laki.
Benarkah laki-laki tidak bisa mengurus dirinya sendiri? Benarkah mencuci, menyetrika dan memasak baru akan sah jika dilakukan oleh perempuan? Atau, benarkah laki-laki diciptakan hanya untuk menjadi urusan dan diurusi perempuan?
Meskipun memiliki karakter yang berbeda karena perempuan merupakan representasi tajalli Jamaliah Tuhan, sementara laki-laki adalah manifestasi jalaliyah-Nya. Namun, menganggap bahwa perempuan adalah mahluk kelas dua yang dicipta Tuhan jelas merupakan anggapan yang keliru dan serampangan. Itu asumsi jahiliyah. Dampak dari asumsi jahiliyah yang serampangan seperti ini amat buruk dalam sebuah relasi sosial, bahkan dalam skala paling kecil sekalipun, yakni keluarga. Laki-laki akan selalu merasa lebih superior dalam segala hal dibanding perempuan, sehingga setiap keputusan mutlak berada di tangan laki-laki. Keputusan baru akan dianggap sah jika yang menentukan adalah pihak laki-laki. Selain itu, dampak yang pasti adalah, pihak laki-laki akan tetap konsisten mendorong perempuan untuk tetap melanjutkan kiprahnya di tiga area sakral : sumur, dapur dan kasur.
Alasan-alasan dari saran dan masukan seperti itu sudah saatnya digeser ke arah yang lebih memanusiakan perempuan. Masak iya sebelum memilikinya sanjungan dan pujian laki-laki kepada perempuan nyaris menembus lapisan langit tertinggi, namun setelah memilikinya malah menodai semua pujian dan sanjungan itu dengan menelantarkannya di sumur, dapur dan kasur. Pada dua tempat pertama disebutkan, harga diri laki-laki selalu merasa ternistakan jika beroperasi di sana, sementara tempat yang terakhir disebut laki-laki merasa gagah meskipun perempuan kerap berulah dengan orgasme palsu. Hahahaha
Sudah waktunya laki-laki berhenti merasa menjadi makhluk yang diciptakan dengan posisi yang lebih istimewa di banding lawan jenisnya. Karena setinggi apapun capaian spritualitas yang bisa direngkuh laki-laki, juga bisa dicapai oleh perempuan. Rabiah Al-Adawiyah, Nunah Fatimah adalah bukti, untuk menyebut dua di antara banyak perempuan dengan pencapaian spiritual yang tinggi.
Menikahlah agar hidupmu lebih bermakna. Nikahilah perempuan agar engkau menjadi sandaran dan agar idemu dan idenya dapat engkau komunikasikan di kasur, di dapur juga di sumur. Menikahlah, menikah itu indah.
Sudahkah Anda mencuci hari ini? :D
0 Komentar