Header

Header

REFLEKSI NATAL DAN MAULID

"Allahumma Shalli 'Alaa Muhammad Wa Aali Muhammad"
Desember tahun ini merupakan hari berbahagia dua umat beragama yang bersaudara kandung. Keduanya merupakan satu rumpun, sama-sama rumpun langit. Kristen dan Islam. Kristen yang lebih awal lahir dengan Jesus putra perawan Maria sebagai pengemban risalah langitnya yang mengajarkan cinta kasih sebagai jalan hidup, merayakan hari bahagia lebih kemudian dibandingkan saudara mudanya, Islam. Natal, oleh sebagian umat Kristen diyakini sebagai hari lahir Sang Mesias jatuh pada tanggal 25 Desember. Sementara hari lahir Muhammad Saw, yang juga lebih dikenal sebagai Maulid Nabi, diperingati oleh umat muslim beberapa hari sebelumnya.

Natal dan Maulid Nabi Muhammad setiap tahun diperingati oleh sebagian besar umat Kristiani dan Muslim di seluruh belahan bumi sebagai ekspresi cinta pada dua sosok manusia yang luar biasa. Tradisi peringatan hari lahir dua manusia yang bukan manusia biasa ini selalu meriah dari tahun ke tahun dan tetap dibanjiri umat yang dilanda dahaga cinta akan kehadirannya di tengah kehidupan yang semakin hari semakin tampak jauh dari ajaran-ajarannya semenjak awal kehadirannya belasan abad yang lalu. Jesus/Isa putra Maryam dan Muhammad putra Abdullah keduanya merupakan sosok manusia suci yang mendapat bimbingan langsung dari Tuhan dan sekaligus merupakan prototipe bagi siapapun dalam kehidupan bermasyarakat, sampai kapan pun.

Di beberapa daerah di Indonesia, mungkin juga di belahan dunia lain, ada kesamaan dari tradisi perayaan Natal dan Maulid Nabi Muhammad, tentu saja dari sekian banyak perbedaan yang ada. Yaitu sama-sama menghadirkan pohon setiap kali kedua tradisi itu dihelat. 

Kalau Natal menghadirkan pohon cemara, asli dan replika, dengan hiasan lampu warna-warni, maka tradisi Maulid Nabi Muhammad pohon yang digunakan adalah pohon pisang yang batangnya rindang dengan telur-telur yang ditusuk bambu. Penganan khas serta buah pisang tersusun rapi di letakkan di bawah rindang telur yang menancap di batang pisang.

Makna menghadirkan pohon pada perayaan Natal dan tradisi Maulid Nabi Saw.

Ajaran Kristen sendiri tidak mengharuskan memasang pohon Natal di gereja maupun di rumah. Bahkan pohon Natal tidak ada sama sekali sangkut pautnya dengan kelahiran Jesus. Salah satu kisah mengenai pohon Natal adalah kejadian saat Martin Luther, tokoh reeformasi gereja, sedang berjalan-jalan di hutan pada suatu malam. Terkesan dengan keindahan gemerlap jutaan bintang di angkasa yang sinarnya yang menembus cabang-cabang pohon cemara di hutan, Martin Luther menebang pohon cemara kecil dan membawanya pulang pada keluarganya di rumah. Untuk menciptakan gemerlap bintang seperti yang dilihatnya di hutan, Martin Luther memasang lilin-lilin pada tiap cabang pohon cemara tersebut.

Pohon cemara pada perayaan Natal merupakan simbol kehidupan keselamatan dan kehidupan yang kekal. Pohon cemara juga diistilahkan sebagai evergreen. Sebab, pada umumnya, semua pohon daunnya menjadi rontok ketika musim dingin datang, kecuali cemara yang meski tertutup salju daunnya tetap hijau. Pohon cemara hanyalah sebuah simbol yang dipercayai bisa menghidupkan jiwa kerohanian yang selalu bertumbuh, selain tentunya, indah di mata bagi siappaun yang memandangnya. Selain itu, pohon cemara yang bentuknya tinggi menjulang ke langit, dimaknai sebagai kehidupan rohani yang mengarah kepada Tuhan. Bintang di atasnya dimaknai sebagai Natal selalu penuh berkah.

Sementara pada tradisi maulid Nabi Saw digunakan pohon pisang. Pisang, menurut informasi Al-Quran, merupakan salah satu buah-buahan yang terdapat di surga (Al-Waqiah : 29). Menurut Mahmud Suyuti, seorang pengajar di UIM Makasar, filosopi pohon pisang adalah tidak mau mati sebelum melahirkan tunas-tunasnya, artinya pohon pisang memberikan gambaran yang baik mengenai alih generasi. Selain itu, pohon pisang juga berbuah hanya sekali seumur hidup. Hal ini bisa dimaknai bahwa kesempatan hidup yang diberikan Tuhan kepada manusia harus benar-benar membuahkan hasil yang bukan hanya bermanfaat bagi diri sendiri, namun juga buat orang lain sampai pada generasi-generasi yang terlahir kemudian.

Mengingat bangsa kita akhir-akhir ini sering dilanda bencana alam seperti tanah longsor dan banjir yang banyak menelan korban, baik nyawa saudara-saudara kita maupun kerugian dari sisi materi, maka perayaan Natal dan tradisi Maulid Nabi Saw seharusnya tidak berhenti pada tradisi "menanam" dua jenis pohon tersebut di dalam rumah atau di rumah ibadah, tetapi juga ditanam di luar rumah.

Bencana alam tentu bukan sesuatu yang terjadi begitu saja. Bukan pula bencana yang ditimpakan Tuhan yang lahir dari ruang hampa tanpa sebab-sebab yang mendahuluinya. Bencana alam terjadi karena andil dosa manusia juga. Dosa yang dilakukan berkaitan dengan hubungan manusia dengan alam, dengan lingkungan sekitar. Pembalakan liar atas hutan adalah salah satunya. Hutan pada dasarnya berfungsi sebagai daerah resapan air, menyimpan air hujan kemudian mengalirkan kepada manusia melalui bentuk air tanah. Bila hutan terus ditebangi secara liar akan menimbulkan banjir bagi kawasan daerah tersebut, dengan banjir yang terus terjadi dengan skala besar maka ada kemungkinan menyebabkan tanah longsor.

Perayaan Natal dan tradisi memperingati Maulid Nabi Saw, khususnya maulid di Sulawesi, sudah saatnya tidak melulu memantik gairah para Nataler dan Maulider menebang pohon setiap kali tradisi memperingati hari lahir dua manusia suci itu, Jesus as dan Muhammad Saw, dihelat. Tetapi, yang jauh lebih penting adalah gairah menanam pohon pasca tradisi dilaksanakan demi kelangsungan hidup anak cucu kita dan generasi-generasi yang akan lahir kemudian sebagai pewaris bumi. Bisa dibayangkan, jika setiap gereja dan masjid dimana tradisi natal dan maulid dilaksanakan, panitia pelaksana memprogramkan 100 pohon untuk penghijauan. 

Oleh karenanya, hikmah Natal dan Maulid seharusnya tidak selalu menyasar sisi rohaniah semata, toleransi antar sesama sebagaimana yang dicontohkan dua prototipe manusia teladan sepanjang masa itu. Tapi juga, mestinya, diarahkan pada persoalan-persoalan yang menyangkut lingkungan agar alam, sampai kapanpun, tak pernah merasa bosan bersahabat dengan kita manusia.


"Jika hari kiamat akan tiba sesaat lagi dan engkau masih membawa tunas sebatang pohon untuk kamu tanam di semak belukar, teruskan niatmu dan tanamlah" (Muhammad Sallallahu 'alaihi wasallam)

Sudahkah Anda menanam pohon hari ini? Setidaknya kersen atau mangga?
Anda juga boleh menebus utang dengan menanam cemara dan pisang kembali untuk ditebang pada tradisi yang akan datang. Tidak masalah.


Saya sudah menanam bunga. Ini boleh jadi satu masalah. Boleh jadi, karena saya laki-laki. :)

Posting Komentar

0 Komentar