Header

Header

REKLAME PAJAK

"Allahumma Shalli 'Alaa Muhammad Wa Aali Muhammad"

Saya baru melihatnya hari ini, entah reklame itu sudah lama atau baru dipasang, namun yang jelas reklame itu sangat menarik perhatian saya. Ukurannya besar dan dipasang pada posisi yang sangat strategis, sehingga memungkinkan siapa saja yang lewat di jalan itu bisa melihatnya. Seorang lelaki paruh baya dan seorang lagi lelaki yang masih belia sedang tersenyum. Di depan mereka ada tulisan, jargon pajak ; "PEMBAYAR PAJAK = PATRIOT BANGSA".


Mengapa di raklame itu yang ditampilkan bukan gambar orang berdasi dengan pakaian yang elegan? Mengapa bukan pejabat beserta stafnya? Mengapa bukan gambar Ibupati beserta anak2nya, atau Gubernur? Mengapa harus lelaki paruh baya dan anak yang masih belia dengan penampilan sangat rakyat kecil?

Senyum keduanya (gambar 2 orang di reklame itu) menjadi bukan senyum biasa, tidak tulus dan cenderung ada yang mengarahkan. Senyum keduanya tampaknya adalah perwakilan dari bibir "mereka" yang kian tidak dipercaya khalayak. Makna itu yang terlintas di kepala saya.

"Pembayar Pajak = Patriot Bangsa" itu adalah upaya mempengaruhi, upaya menjadikan masyarakat menjadi taat pajak dan pada gilirannya taat dan patuh pada pemerintah sebagai tujuan utama. Terlepas apakah pemerintahnya korup atau tidak, tapi sesuatu yang hendak dicapai dari jargon itu adalah ketaatan dan kepatuhan. Karena untuk memperoleh ketaatan rakyat membayar pajak tidak harus dengan jalan pemaksaan, maka ditempuhlah cara-cara yang lebih indah, yakni mempengaruhi rakyat sampai pada titik paling dalam di jiwanya. 

Menjadi Patriot Bangsa di tengah bangsa yang kian tidak jelas masa depannya karena para petingginya jauh dari sifat amanah merupakan sesuatu yang woww, atau dalam istilah syahrini "sesuatu banget". Nah, ketika rakyat termakan, terpengaruh, terbuai menjadi Patriot, maka tanpa harus mempertimbangkan ini itu rakyat dengan sendirinya akan menjadi taat. Hanya ada satu jalan untuk menjadi Patriot Bangsa, yakni Anda Harus Bayar Pajak. Jadi, kalau tidak membayar pajak, jangan harap jadi Patriot Bangsa. Begitu kira-kira makna latennya.

Melihat kehidupan masyarakat yang dari hari ke hari semakin menunjukkan gairah beragam, masyarakat semakin bersemangat "menyerbu" agama yg ditandai semakin menjamurnya majelis-majelis pengajian, saya malah khawatir pemerintah nantinya akan merubah jargon tersebut menjadi lebih ekstrim lagi, bukan sekedar "Orang Beriman Taat Pajak", tapi "Pembayar Pajak adalah Calon Penghuni Surga"

HaRI GINI GA BAYAR PAJAK, KAPAN MAU JADI PATRIOT BANGSA.? ;D

Posting Komentar

0 Komentar