Catatan tentang Perayaan Maulid di kampungku
Masih beberapa bulan lagi perjamuan demokrasi di Provinsi Sulawesi Barat digelar, namun gaungnya sudah terasa begitu membahana. Spanduk dan gambar calon gubernur dan calon wakil gubernur sudah menyesaki ruas-ruas jalan, utamanya disudut-sudut jalan, pertigaan dan di tempat-tempat strategis lainnya, dari kota sampai ke pelosok desa. Ukurannya pun beraneka, dari ukuran satu meter sampai yang berukuran raksasa.
Kalau boleh menebak-nebak, boleh jadi keanekaan ukuran spanduk dan gambar para kontestan tersebut mengindikasikan seberapa tebal dompet dan saku celana para kontestan., hehehe.
Selain memasang gambar, para kontestan juga sangat berani dan tak segan-segan -untuk tidak menyebutnya tak merasa malu- memperkenalkan diri sebagai pribadi yang jujur, amanah, merakyat dan akan bekerja nyata bukan hanya janji-jniji manis yang melambungkan angan. Singkatnya, mereka teramat layak menjadi pemimpin, dan sangat boleh jadi juga mereka hendak mengatakan bahwa “kalau tidak memilih saya pada pilgub nanti, maka pilihan anda adalah sesat”, tapi mungkin masih malu-malu atau mungkin juga kurang yakin.
Ada hal menarik terkait persaingan para kontestan hubungannya dengan judul diatas.
Berawal dari keadaan masjid kami yang sangat butuh dana demi berlanjutnya pembangunan, maka Panitia Perayaan Maulid Baginda Rasulullah SAW Masjid Jami Darussalam Lembang-Lembang Kec. Limboro Kab. Polewali Mandar berniat menghadirkan Gubernur Prov. Sulawesi Barat dengan harapan Pak Gubernur bisa melihat lebih dekat kondisi Masjid yang sedang direnovasi. Menghendaki Gubernur bisa hadir dalam acara tersebut bukanlah perkara mudah. Tahu sendirilah, bagaimana super sibuknya seorang Gubernur, hari ini disini, esok disana dan lusa disana sini dan dimana-mana (sekedar gambaran bahwa betapa sibuknya).
Dengan tekad yang kuat dan termotivasi oleh kondisi masjid yang mendesak untuk dirampungkan pembangunannya, jalan yang sukar itu pun ditempuh dengan kemampuan seadanya.
Gayung bersambut, pak Gubernur bersedia hadir pada acara itu, tentunya setelah mempertimbangkan dengan baik, jangan sampai ada tabrakan dengan jadwal yang lain. Alhamdulillah
Rasa bahagia, bangga dan segala rasa yang tidak bisa digambarkan bercampur jadi satu. “Alhamdulillah, Pak Gubernur akan hadir dalam acara Maulid tahun ini”, kalimat tersebut meyeruak dari mulut ke mulut dan lamat-lamat ungkapan kebahagiaan itu sampai ke kampung tetangga.
Undangan pun dicetak dan disebarkan. 1000 lebih undangan disebar,l. Padahal, kalau dihitung-hitung berapa sih ukuran masjid? cuma lebih kurang 20 meter persegi. Undangan sebanyak itu dipastikan tidak akan terakomodir oleh ruangan dan pekarangan masjid yang terbilang sempit.
Menyambut milad kanjeng Nabi Saw berukuran “raksasa” ini, seperti tahun-tahun berlalu, setiap kepala keluarga menyediakan aneka menu maulid sebagai sajian untuk tetamu undangan. Seperti di kampung-kampung lain, kami pun masih sangat menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kegotong-royongan.
Akhirnya, pelaksanaan maulid berjalan hikmat meski masih terdapat kekurangan disana sini. Pak Gubernur yang hadir bersama Kakanwil Kementerian Agama Prov. Sulawesi Barat dan beberapa pejabat di lingkup Provinsi Sulawesi Barat mendapat sambutan yang meriah dari warga dan para undangan yang hadir.
Namun, terlepas dari suksesnya pelaksanaan maulid tersebut terdapat catatan khusus yang menjadi kemudian menjadi sorotan publik. Beberapa pegawai/guru yang berada dalam lingkup Pemda Kab. Polewali Mandar tak satupun yang hadir dalam acara tersebut, bahkan beberapa hari sebelum perayaan Maulid sudah meminta agar tidak diundang. Panitia Perayaan Maulid sampai tidak habis pikir, karena baru kali ini mereka meminta sesuatu yang sangat aneh. Dan ternyata, usut punya usut, penyebabnya adalah kebijakan Bupati Polewali Mandar yang akan memberikan sanksi terhadap pegawai yang menghadir acara yang dihadiri Gubernur, boleh jadi karena tindakan tersebut dianggap sebagai bentuk sikap tidak loyal dan berkhianat. Mengapa demikian, karena Bupati Polewali Mandar adalah salah satu kontestan pada pilgub yang akan digelar sebentar lagi. Jadi, ketika ada “anak buah” yang ketahuan menghadiri acara Maulid tersebut, meskipun sekedar menghadiri undangan Maulid Sang Kekasih dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan dukung-mendukung Cagub, maka hal tersebut tetaplah salah dimata “bos”. Posisi pak Bupati memang menguntungkan, karena jika sekiranya ia gagal di pilgub, ia akan tetap kembali pada kursi dan jabatan sebelumnya. Dan petaka buat pegawai yang mencoba keras kepala dan berkeras hati untuk tetap menghadiri acara terebut, karena akan di kenakan sanksi yang berat, PASTI.
Pemimipin seharusnya mampu memberikan rasa aman dan membebaskan rakyatnya dari segala bentuk ketertindasan, bukan hanya ketertindasan sesara fisik tapi juga ketertindasan psikologis, bukannya memaksakan kebenaran dari sudut pandangnya sendiri, meski salah di mata semua orang. Tapi itulah salah satu harga mahal yang harus dibayar oleh Rakyat Polewali Mandar (khususnya para pegawai/guru) atas pilihannya beberapa tahun lalu dengan mengangkat sosok orang nomor satudi kabupaten Polewali Mandar.
Bukti Cinta Pada Rasulullah SAW terhalang kebijakan Bupati. Menyedihkan !
0 Komentar